Selamat Datang di 'Rumah Biru'

Tempatku Berbagi Cerita, Tempatku berbagi Ceria, Tempatku berbagi Cinta, Tempatku berbagi Cita

Jumat, 06 Mei 2011

Izinkan aku mencintaimu dengan caraku...


Bagian 2

Udara cerah namun lembab menyelimuti kota kecil di kaki Lawu. Sebetulnya berdasarkan ilmu alam yang dipelajari waktu SMP dulu, bulan ini sudah tidak hujan, tapi entah akibat pemanasan global atau pergeseran rotasi bumi, kini musim panas dan penghujan sudah tidak bisa dipredikasi. Dan tampaknya sebentar lagi akan turun hujan. Dari langit sudah nampak awan culumus nimbus.Cepat- cepat perempuan itu keluar dari ruang kerjanya mengambil sepeda motornya, ingin segera pulang sebelum hujan turun. Ternyata sepanjang jalan banyak orang ngebut. Biasa kalau menjelang hujan pasti semua orang tergesa-gesa.

Sampai di rumah direbahkan tubuhnya di sofa sambil melihat ftv remaja di televisi. Meski kebanyakan orang tidak suka ftv ataupun sinetron, dia tetap suka. Bukan apa-apa, tapi dari ceritera itu kadang dia mendapatkan inspirasi bagi penyelesaian masalah yang dihadapi ataupun mengenal karakter manusia, karena pekerjaannya sebagai konsultan sumber daya manusia.

Sambil melihat tivi tangannya masih mempermainkan ponselnya. Dia juga membuka twitter dan fesbuk, siapa tahu ada informasi baru. Dan matanya kembali terpengaruh adanya pesan masuk di kotak inbox-nya.

“Gaya menulis mbak bagus. Kayaknya aku dah jadi penggemar dech. Ada wadahnya gak ya? Fans Club gitu.. Smsnya di tunggu lho.hehe (padune hehe.) “ itu bunyi pesan yang diterimanya.Dan entah angina apa yang mendorongnya untuk menjawab pesan itu.

“ Tulisan yang mana ya ?” jawabnya.

‘ Ya semuanya, baik status mbak maupun catatan mbak di fesbuk”

“ Oh…Janganlah suka memuji, karena pujian bisa mengurangi pahala orang yang dipuji” tulisnya.

“Eh, baru denger pujian ngurangi pahala. Setahuku orang jangan suka dipuji, jangan pelit memuji kalau memang bener lalu segala pujian di kembalikan pada Allah...wah dapat ilmu baru. Thanks mbak. Ohya, sms-nya jangan lupa ”..

“Sabar ya? Saya lagi repot banget, jangan khawatir suatu saat saya sms.”

Aduh.. kenapa aku memberi harapan ?? Pikirnya.

Ah, biarlah, emang kupikirin, ucapnya dalam hati. Rasa-rasanya sudah tidak waktunya bersurat-suratan, ber sms-smsan atau berinbox-inboxan.. semua sudah pernah dilaluinya.. dulu dan dulu.. Dalam benaknya ada kehawatiran bila dia terus merespon orang-orang yang tak dikenalnya secara pribadi..Maka dia pun mengurungkan untuk menghubungi lelaki iru. Juga tidak membalas pesan-pesan yang masuk melalui inbox.

***

Bagaimana tidak terganggu, inbox dari lelaki itu begitu gencar,, hampir tiap hari ada inbox masuk..

“Ada yang nunggu sms lho! tapi sabar kok.”

“ Maaf kalau permintaan saya berlebihan.. “

“You didn't sent me a short massage, and now you aren't reply my inbox too...hiks..huaaa”

“Mbak saya berlebihan ya? Kok pesen gak dibales beberapa kali? Thanks.”

“Mbak, baik2 saja kan ? “

“Eh, maaf kayaknya saya yang bermasalah, kirim pesan gak dibales kok nekat...hehe..good night!!”

Dan masih banyak dan banyak lagi yang tak mungkin terekam satu persatu.... yang pada akhirnya membuat perempuan itu menyerah untuk menanggapinya lagi pesan-pesan lelaki itu di inbox-nya.. Yah.. untuk berteman apa salahnya.. mungkin ada manfaatnya juga. Dia pun pernah menulis “mudah2an pertemanan kita membawa berkah”…

Begitulah, hari-hariya dirasakan begitu berubah. Lebih semangat karena ada seseorang yang memperhatikan dirinya. Namun dirinya tetap jaim, alias jaga imej, meski sebetulnya suka juga dengan membaca pesan-pesannya. Pesan-pesan itu membuatnya bisa tersenyum. Pesan-pesan di inbox pun kadang dijawab kadang tidak. Sesuka hatinya. Karena dia takut berketergantungan. Maka dia pun tak memberikan nomor ponsel pada lelaki itu. Dari gencarnya nulis pesan di inbox, dia sudah berfikir bahwa lelaki itu akan mengganggu aktifitasnya. Setidaknya sms bisa diterima kapanpun dan terbaca kapanpun..

Hujan sepanjang siang dan malam hari itu membuat udara begitu dingin. Ditutupnya tirai jendela yang tersingkap oleh angina malam. Di langit tampak redup rembulan tertutup awan….


Bersambung.......

Minggu, 01 Mei 2011

Izinkan aku mencintaimu dengan caraku...


Bagian I

“Yank…, kembali aku termenung…

sebuah peristiwa baru saja terjadi.

Seorang buruh bangunan wanita terjatuh ketika bekerja

Dia tidak sehebat kau mungkin, dalam pandangan manusia..

Bagiku kalian, kau dan dia, sama-sama pahlawan yang hebat..

Tak ada alasan untuk tidak bersyukur terhadap apa yang kita punya..

Salam cinta dari terik panas kota..

Aku. Kekasihmu..”


Sebuah pesan singkat yang diterima beberapa minggu lalu tepat jam 13:02:37 kembali dibacanya.. Dan perempuan itupun tercenung. Hanya satu pesan itu yang tersisa di ponselnya. Sebab lelaki itu tak pernah lagi mengirim pesan. Keputusan untuk berpisah diantara keduaya sudah final. Meski hati kecil mereka mengakui, masih ada cinta di antara mereka. Namun cinta memang terlalu sulit untuk diterjemahkan. Baginya cinta tak pernah salah.

Dan waktupun serasa begitu panjang. Menerawang saat-saat mereka saling mengenal.Lewat fesbuk mereka berkenalan, lalu saling komen status. Semuanya biasa saja. Taka ada yang istimewa. Begitu perhatiannya lelaki itu memberi komentar di setiap statusnya. Tapi dia sendiri jarang berkomenar di status lelaki itu. Paling-paling memberi tanda jempol “like”. Itu saja. Karena baginya fesbuk hanyalah pengisi kekosongan hari-harinya diantara kesibukan kerjanya. Lewat fesbuk dia bisa ketemu dengan teman-temannya, masa lalunya, yang benar-benar dikenalnya. Sedang lelaki itu ?? Dia tidak mengenalnya, dia konfirmasi pertemanan karena terdapat mutual friend dengan sahabatnya.

Lalu semuanya menjadi berubah, ketika komunikasi berlanjut ke inbox.

“Sedang istirahat, bu” tulis lelaki itu pada suatu hari.

“Ya” jawabnya .

“Hehe..” tulis lelaki itu lagi.

“Hmm kok tertawa ? Ada yang lucu ?

Gak lucu sich, jawabnya tegas. Ekonomis..met istirahat mbak.”.

***

Paginya seperti biasa ia harus bekerja . Hari itu harus dinas ke luar kota. Dan untuk menghilangkan rasa sepinya sekali lagi dibukanya ponsel. Diliriknya fesbuk. Ditulisnya peristiwa sepanjang perjalanan. Hingga waktu tak membunuhnya sia-sia. Semua berjalan seperti biasa. Seperti hari-harinya. Sampai tiba-tiba saat dia menikmati perjalan pulang ada inbox masuk , ah lagi-lagi dari lelaki itu:

“Belum sampai rumah, mbak ? Duh Capeknya…”

Hatinya membatin, oh, pasti dia baca status fesbukku kalau hari ini aku ada di luar kota. Maka dengan agak terlambat dan sedikit malas dijawabnya juga:

“Belum, baru mau masuk Salatiga. Capek banget”.

“ Masih satu jam lebih dong, Anda juga sich, tiap hari muter-muter..tapi moga-moga sehat terus”.

“Tuntutan kerjaan..” jawabnya

“Iya deh. Moga-moga juga jadi ibadah...Ini nomorku mbak 08567891011, kalau sampe rumah sms ya? Thanks.”

“Tksh. Mudah-mudahan saya gak lupa ya? “ tulisnya.

Maka dia pun memejamkan mata karena tubuh terasa begitu lelah, tak terasa sudah sampai rumah. Dia pun mengucapkan terima kasih kepada supir setianya..lalu masuk rumah...

Sampai di kamar dia ingat akan pesan lelaki itu untuk menghubunginya.. maka dia buka inbox dan ditulisnya pesan ada lelaki itu:

“Alhamdulillah Nyampe rmh jam 23.00 maaf blm bs sms krn no blm sy save.. Met malam n tx 4 all.”.

Hari yang melelahkan pun ditutup dengan tidur nyenyak….


Bersambung......


Sajak Sajak Tujuh Belas ( 2 )

Ini masih tentang puisi-pusi kecilku yang kutulis pada saat remajaku.. di usiaku ke 17 tahun .. aku masih SMA....


11. Dalam dambaku

Segala filsafat telah habis

Termakan dalam seluruh jiwa

Menidurkan diri dalam buaian

Melupakan pikiran hidup selama ini

Aku yang dulu pemanja hidup

Terpaku akan kenyataan ini

Bukalah pintu itu

Untuk langkahku

Bukan filsafat dan puisi

Yang kubutuhkan

Tapi cinta itu

Milikmu kupinta

Dan kau

Belajarlah mengerti

Akan diri dan perasaanku

“akhir Juni 1979”


12. Yang sekilas

Yang sekilas adalah tragedi

Bila segala yang ada

Lalu sendiri

Bisu

Mati

Karna semua itu

Cuma sekilas kepalsuan

*Akhir juni 1979*


13. Dunia kita sangat sempit

Dari ujung-ujungnya kita telah tahu

Dari tingkahnya kita pun mengerti

Bahwa kita selalu ingin menjajah

Di antara pemijak bumi

Nyatalah

Bahwa dunia kita sangat sempit

**Akhir Juni, 1979**


14. Yang dinanti

Tik…tik..tik..

Dingin ragaku menantimu

Tik…tik…tik..

Angin menyerpih di sela gerimis

Mengalun lagu membawa gelisah

Tik…tik…tk…

Ini bukan pintaku

Tapi semua telah terjadi

Senja ini hujan

Ketika aku menanti

Sedang kau tak peduli

Tik..tik..tik…

Langkahkan maumu

aku tak peduli

Bukan soalku uruslah

Kita telah sama dewasa

Tik…tik…tik..

Mari kita berangkat

Asa telah menanti

“juni,1979”


15. Ketika malam telah larut

Binatang malam telah tertidur – lelap

Tiada bunyi sekata – senyap

Hanya gelora hati yang dahsyat

Teramuk badai dalam diri

Rasakan nada sumbang yang melengking

Akh,

mengapa pula malam-malam begini

kau hadir dalam hatiku yang sedang gundah

sedangkan ini telah larut

dan lengang

*Batang, 25 Juni 1979*


16. Surat-surat iseng

Pernah kuterima surat itu darimu dulu

Ketika kita masih es em pe

Aku baca dengan tertawa

Kubayangkan dirimu yang jenaka

Dari surat-surat itu aku temui keresahan dirimu

Apakah mungkin

Sedang kau selalu iseng denganku

Mungkin suatu saat ini kan terjadi – pasti

Kau menangis berlutut di depanku

ooh. sungguhkah ini suatu kenyataan

bila diriku kini dirundung lara

dan yang terjadi kau tlah pergi tinggalkan aku

tanpa pesan

bersama lalunya surat itu

Kini tinggal ku sendiri

Dengan segala surat-surat itu

Ooh.. ; bilakah kau kembali

kirimkan surat rindu padaku

biar aku merasa bahagia

dengan seulas senyum yang ada

entahlah

kenapa hati ini gersang dan sepi

seperti kemarau ini

Dulu kuingat kita bersama

Dalam satu kereta

Kau menyanyi

Sedang aku dengan gitarku

Bahagianya hidup ini

Tapi kini segalanya tlah berlalu

Kau jauh pergi ke seberang karang

Tiada lagi senyum manjamu

Tiada lagi tawa jenakamu

Tiada lagi lagu merdumu

Tiada lagi surat-surat itu

Karna kudicipta bukan tuk bersedih

Kini ku tersenyum mengenangmu

Bersama segala yang ada padamu

Juga surat-surat itu

Walau iseng belaka

*Batang, 28 Juni 1979*



17. Untukmu pula hari ini aku berpuisi

Untukmu pula aku berpuisi

Hari ini bersama segala rasa

Sebab aku ingin kau

Mengetahui hal sebenarnya

Yang mungkin terlalu berat

Untuk kau pikir

Lihat, betapa cantik bukan

Alam kita yang sedang dijalin

Di tengah hiruknya orang mencari

Arti sebuah kehidupan

Untukmu pula hari ini

Aku cipta puisi ini

Sebagai tanda

Bahwa kita, kau dan aku

Pernah meminta

Untuk saling mengisi

Bukan begitu ??

^^ Juli, 1979^^


18. Yang adalah hidup

Yang suram

Yang gelap

Yang samar

Yang pengap

Yang hambar

Yang asing

Yang kering

Itukah hidupku ?

Aku tak mengerti

Mengapa kau

Yang mesti kataka itu

Ataukah hanya biar aku berbalik ?

*Medio Juli, 1979*


19. Aku tempuh jua

Aku tempuh jua jalan itu

Penuh liku dan terjal

Sarat hati meninggalkannya

Atau memeutus di tengahnya

Duh, lelahnya

Masih jauhkah

Untuk kusampai

Di sebuah kedamaian

*17 Juli 1979*


20. Roda-roda tamasya

Aku baca ceriteramu

Aku berdebar

Kenapa, entah

Padahal cerita itu

Tak secuilpun menyangkut

Diriku

Roda-roda tamasya

Begitu kecil lingkupmu

Tapi cukup membuat tahu

Tentang dirimu

Dan aku tersenyum

Menyambutmu

Roda-roda itu

ataukah tamasya itu

ataukah dirimu itu

yang membuatku terkesan ?

yang pasti

Roda-roda tamasya

Cerita itu

Awal kujumpai dirimu

*Batang, Juli 1979*