Selamat Datang di 'Rumah Biru'

Tempatku Berbagi Cerita, Tempatku berbagi Ceria, Tempatku berbagi Cinta, Tempatku berbagi Cita

Sabtu, 20 Maret 2010

Bulir-bulir padi

Bulir-bulir padi
(untuk Tika)

bulir-bulir padi tumbuh di antara rerumputan
indahnya tertiup angin sepoi
tegarnya menantang kicauan burung nakal
disapunya gerah dan panas kemarau panjang

bulir-bulir padi merunduk di antara dedaunan
cahyanya tetaplah bersinar
malunya menyerpih lara duri-duri kecil
ditatapnya tubuh ringkih tinggal semusim

bulir-bulir padi terkoyak diantara jerami
bukan lara dirasanya tercabik diantara ani-ani
sepinya menunggu hempasan-hempasan asa
aku tetap yang terbaik, teriaknya
sebab aku adalah pengharapan
sebab aku adalah penghidupan

dan bulir padi tanpa sekam adalah kenikmatan
penghidupan diantara helaan nafas-nafas memburu
dalam penantian yang tak pernah usai
kepasarahannya
ketakberdayaannya
adalah pengabdian suci cintanya

Karanganyar, 19 Maret 2010



6 komentar:

Sekar Lawu mengatakan...

nice poem, Mbak....

RUMAH BIRU mengatakan...

>> Sekar Lawu :....trimakasih untuk apresiasinya....

gusmel mengatakan...

seperti bulir padi di samping rumah...

nice poems..

Rumput Media Sastra mengatakan...

wah ini puisi seperti ini tampaknya perlu didokumentasikan di majalah sastra di karanganyar

RUMAH BIRU mengatakan...

>> Gusmel:
tksh.....
idenya juga pas nyawang n melintasi sawah samping rumahmu... hehehehe...

RUMAH BIRU mengatakan...

>> Rumput media sastra:
...... halah... tuwekan kok mas...
tapi kalo diajak gabung juga mau...
tksh apresiasinya..