bulir-bulir padi tumbuh di antara rerumputan
indahnya tertiup angin sepoi
tegarnya menantang kicauan burung nakal
disapunya gerah dan panas kemarau panjang
bulir-bulir padi merunduk di antara dedaunan
cahyanya tetaplah bersinar
malunya menyerpih lara duri-duri kecil
ditatapnya tubuh ringkih tinggal semusim
bulir-bulir padi terkoyak diantara jerami
bukan lara dirasanya tercabik diantara ani-ani
sepinya menunggu hempasan-hempasan asa
aku tetap yang terbaik, teriaknya
sebab aku adalah pengharapan
sebab aku adalah penghidupan
dan bulir padi tanpa sekam adalah kenikmatan
penghidupan diantara helaan nafas-nafas memburu
dalam penantian yang tak pernah usai
kepasarahannya
ketakberdayaannya
adalah pengabdian suci cintanya
Karanganyar, 19 Maret 2010
6 komentar:
nice poem, Mbak....
>> Sekar Lawu :....trimakasih untuk apresiasinya....
seperti bulir padi di samping rumah...
nice poems..
wah ini puisi seperti ini tampaknya perlu didokumentasikan di majalah sastra di karanganyar
>> Gusmel:
tksh.....
idenya juga pas nyawang n melintasi sawah samping rumahmu... hehehehe...
>> Rumput media sastra:
...... halah... tuwekan kok mas...
tapi kalo diajak gabung juga mau...
tksh apresiasinya..
Posting Komentar