Di persimpangan jiwa
(untuk Awan)
Terbangun dari ketermanguan
Ketika suara harpa mencabik-cabik sukma
Ada jelaga menutup rona wajahnya
Pekatnya bagai berlapis tabir selaksa
Ingin diraihnya wajah sendiri
Lalu dijilatinya jelaga hitam
Walau terasa pahit
Agar ronanya kembali menyala
Namun ada bola mata lain menatapnya
Menusuknya
Tepat di atas luka lama
Dan ia melenguh tak berdaya
Kembali terjerembab dalam pelukan malam
Diam dan bisu
Doa-doa beku terucap di bibir kecu
Getarnya merambat seluruh nadi biru
Ada asa meremang di kedalaman jiwa
Mencari kasih suci tuhannya
Kepada siapa ia bertanya
Ke mana jalan yang dulu dijanjikan
Agar kakinya melangkah pasti
Di persimpangan jiwa
Karanganyar, 31 Oktober 2010
By: Ida Arrysandy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar