11. Dalam dambaku
Segala filsafat telah habis
Termakan dalam seluruh jiwa
Menidurkan diri dalam buaian
Melupakan pikiran hidup selama ini
Aku yang dulu pemanja hidup
Terpaku akan kenyataan ini
Bukalah pintu itu
Untuk langkahku
Bukan filsafat dan puisi
Yang kubutuhkan
Tapi cinta itu
Milikmu kupinta
Dan kau
Belajarlah mengerti
Akan diri dan perasaanku
“akhir Juni 1979”
12. Yang sekilas
Yang sekilas adalah tragedi
Bila segala yang ada
Lalu sendiri
Bisu
Mati
Karna semua itu
Cuma sekilas kepalsuan
*Akhir juni 1979*
13. Dunia kita sangat sempit
Dari ujung-ujungnya kita telah tahu
Dari tingkahnya kita pun mengerti
Bahwa kita selalu ingin menjajah
Di antara pemijak bumi
Nyatalah
Bahwa dunia kita sangat sempit
**Akhir Juni, 1979**
14. Yang dinanti
Tik…tik..tik..
Dingin ragaku menantimu
Tik…tik…tik..
Angin menyerpih di sela gerimis
Mengalun lagu membawa gelisah
Tik…tik…tk…
Ini bukan pintaku
Tapi semua telah terjadi
Senja ini hujan
Ketika aku menanti
Sedang kau tak peduli
Tik..tik..tik…
Langkahkan maumu
aku tak peduli
Bukan soalku uruslah
Kita telah sama dewasa
Tik…tik…tik..
Mari kita berangkat
Asa telah menanti
“juni,1979”
15. Ketika malam telah larut
Binatang malam telah tertidur – lelap
Tiada bunyi sekata – senyap
Hanya gelora hati yang dahsyat
Teramuk badai dalam diri
Rasakan nada sumbang yang melengking
Akh,
mengapa pula malam-malam begini
kau hadir dalam hatiku yang sedang gundah
sedangkan ini telah larut
dan lengang
*Batang, 25 Juni 1979*
16. Surat-surat iseng
Pernah kuterima surat itu darimu dulu
Ketika kita masih es em pe
Aku baca dengan tertawa
Kubayangkan dirimu yang jenaka
Dari surat-surat itu aku temui keresahan dirimu
Apakah mungkin
Sedang kau selalu iseng denganku
Mungkin suatu saat ini kan terjadi – pasti
Kau menangis berlutut di depanku
ooh. sungguhkah ini suatu kenyataan
bila diriku kini dirundung lara
dan yang terjadi kau tlah pergi tinggalkan aku
tanpa pesan
bersama lalunya surat itu
Kini tinggal ku sendiri
Dengan segala surat-surat itu
Ooh.. ; bilakah kau kembali
kirimkan surat rindu padaku
biar aku merasa bahagia
dengan seulas senyum yang ada
entahlah
kenapa hati ini gersang dan sepi
seperti kemarau ini
Dulu kuingat kita bersama
Dalam satu kereta
Kau menyanyi
Sedang aku dengan gitarku
Bahagianya hidup ini
Tapi kini segalanya tlah berlalu
Kau jauh pergi ke seberang karang
Tiada lagi senyum manjamu
Tiada lagi tawa jenakamu
Tiada lagi lagu merdumu
Tiada lagi surat-surat itu
Karna kudicipta bukan tuk bersedih
Kini ku tersenyum mengenangmu
Bersama segala yang ada padamu
Juga surat-surat itu
Walau iseng belaka
*Batang, 28 Juni 1979*
17. Untukmu pula hari ini aku berpuisi
Untukmu pula aku berpuisi
Hari ini bersama segala rasa
Sebab aku ingin kau
Mengetahui hal sebenarnya
Yang mungkin terlalu berat
Untuk kau pikir
Lihat, betapa cantik bukan
Alam kita yang sedang dijalin
Di tengah hiruknya orang mencari
Arti sebuah kehidupan
Untukmu pula hari ini
Aku cipta puisi ini
Sebagai tanda
Bahwa kita, kau dan aku
Pernah meminta
Untuk saling mengisi
Bukan begitu ??
^^ Juli, 1979^^
18. Yang adalah hidup
Yang suram
Yang gelap
Yang samar
Yang pengap
Yang hambar
Yang asing
Yang kering
Itukah hidupku ?
Aku tak mengerti
Mengapa kau
Yang mesti kataka itu
Ataukah hanya biar aku berbalik ?
*Medio Juli, 1979*
19. Aku tempuh jua
Aku tempuh jua jalan itu
Penuh liku dan terjal
Sarat hati meninggalkannya
Atau memeutus di tengahnya
Duh, lelahnya
Masih jauhkah
Untuk kusampai
Di sebuah kedamaian
*17 Juli 1979*
20. Roda-roda tamasya
Aku baca ceriteramu
Aku berdebar
Kenapa, entah
Padahal cerita itu
Tak secuilpun menyangkut
Diriku
Roda-roda tamasya
Begitu kecil lingkupmu
Tapi cukup membuat tahu
Tentang dirimu
Dan aku tersenyum
Menyambutmu
Roda-roda itu
ataukah tamasya itu
ataukah dirimu itu
yang membuatku terkesan ?
yang pasti
Roda-roda tamasya
Cerita itu
Awal kujumpai dirimu
*Batang, Juli 1979*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar